- ALTI Kaltara Fokus Cetak Atlet Trail Berbakat untuk Harumkan Nama Daerah
- Ribuan Pelari dan 32 Guru Besar Meriahkan wondr ITB Ultra Marathon 2025
- Produksi Jagung Kaltara Kuartal III 2025 Capai 83,55 Ton, Polda Dukung Ketahanan Pangan Nasional
- GEMA Tarakan Bersatu Kecewa atas Jawaban Pertamina EP Tarakan Field Terkait Transparansi CSR
- IHSG Sepekan Naik 0,60 Persen, Kapitalisasi Pasar BEI Sentuh Rp14.888 Triliun
- Ekonomi Kreatif: Peluang Emas Generasi Muda Indonesia untuk Masa Depan
- Kaltara Susun Roadmap 20 Tahun, Bappeda Fokuskan Ekonomi Hijau dan Inklusif
- Usai Periksa Filianingsih, KPK Buka Peluang Panggil Pimpinan BI Lainnya Terkait Korupsi Dana CSR
- ASN Tarakan Diingatkan, Jabatan Bisa Hilang Jika Langgar Aturan
- DPRD Nunukan Desak PLBN Sebatik Segera Difungsikan, Warga Keluhkan Mobilitas Terhambat
Pidato Prabowo di PBB: Antara Harapan Besar dan Ujian Diplomasi Indonesia
apakah benar-benar membawa semangat politik luar negeri bebas-aktif, atau sekadar kompromi dalam tarik-menarik kepentingan global

Keterangan Gambar : Presiden Prabowo Subianto melambaikan tangan dari atas Pesawat Kepresidenan sebelum bertolak di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/9/2025). Presiden Prabowo Subianto akan menyampaikan pidato pada sidang umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York serta melakukan kunjungan kenegaraan ke Jepang, Kanada dan Belanda
NEW YORK – Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 menjadi sorotan publik, baik di dalam negeri maupun dunia internasional. Bagi Indonesia, panggung PBB bukan sekadar forum diplomasi, melainkan simbol penting bagi peran negara dalam percaturan global.
Momentum ini menjadi ujian pertama bagi Prabowo, yang baru setahun menjabat sebagai presiden. Publik berharap ia mampu menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai negara dengan politik luar negeri bebas-aktif, sekaligus membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi penonton di tengah dinamika geopolitik yang kian rapuh.
Indonesia memiliki tradisi panjang sebagai pengusung perdamaian dunia, mulai dari Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 hingga kiprah di Gerakan Non-Blok. Pidato Prabowo di PBB diharapkan mampu menghidupkan kembali semangat itu, khususnya di tengah polarisasi global dan surutnya kepercayaan terhadap multilateralisme.
Baca Lainnya :
- Ormas Tarakan Sukseskan Maulid Nabi di Masjid Baitul Izzah Tarakan0
- Kementerian Haji dan Umrah Resmi Berlaku 2026, Tarakan Masih Tunggu Instruksi0
- Bupati Ibrahim Ali: Jargas Membantu Rumah Tangga dan Kurangi Ketergantungan Elpiji0
- Perketat Imigrasi, Trump Terapkan Biaya Selangit untuk Pemohon Visa H-1B0
- Kerja Sama Penjaminan Proyek, Tana Tidung Siap Percepat Pembangunan0
Namun, harapan besar selalu diiringi ujian. Dunia akan menilai apakah pidato Prabowo sekadar retorika, atau benar-benar ditopang kebijakan luar negeri yang konsisten.
Tidak ada isu yang lebih menguji kredibilitas Indonesia selain Palestina. Sejak era Bung Karno, Indonesia teguh mendukung kemerdekaan Palestina. Pidato Prabowo dinanti untuk melihat apakah Indonesia tetap konsisten di garis itu, atau hanya mengulang sikap moral tanpa langkah diplomasi nyata.
Dunia Arab, negara-negara Islam, hingga gerakan solidaritas internasional menunggu apakah Indonesia berani mendorong resolusi lebih tegas di PBB atau sekadar mengulang pernyataan normatif.
Selain isu politik, dunia juga menanti sikap Indonesia terhadap ketidakadilan ekonomi global. Negara-negara berkembang menghadapi beban utang, krisis pangan, dan keterbatasan akses kesehatan, sementara negara maju pulih lebih cepat dari krisis.
Sebagai anggota G20 dan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki modal besar untuk menyuarakan reformasi lembaga keuangan internasional. Namun, sekali lagi, pertanyaan kuncinya adalah: apakah pidato Prabowo akan berlanjut dalam aksi nyata?