- Ibrahim Ali Terima Anugerah Dwija Praja Nugraha 2025 atas Komitmen Pendidikan di Tana Tidung
- OJK Ingatkan Anak Muda Bijak Menggunakan Produk Keuangan Digital dan Kripto
- PLN Kerahkan 500 Petugas Pulihkan Listrik Aceh Pascabencana Banjir dan Longsor
- Produksi Beras Nunukan 2025 Diproyeksikan Turun 12 Persen, Puncak Panen Bergeser
- Pelunasan Haji 2026 Baru 0,95 Persen, BSI Catat Pelunasan Tertinggi
- APBD Bulungan 2026 Turun 13,33 Persen, Pemkab Prioritaskan Pendidikan dan Kesehatan
- Dampak Awal Bencana terhadap Ekonomi di Sumatera
- Perekonomian Kalimantan Utara tahun 2025 menunjukkan tren positif
- DPRD Kaltara Desak Perbaikan Lampu Lalu Lintas untuk Cegah Kecelakaan
- Pengajuan Surat Izin Praktek Perawat Mendominasi di Tarakan
Rupiah Melemah ke Rp16.726 per Dolar AS, Tertekan Sentimen Federal Reserve dan Politik Amerika

Keterangan Gambar : Ilustrasi: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (Foto: Istimewa)
JAKARTA —
Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada awal perdagangan Kamis (13/11/2025), berada di posisi Rp16.726 per dolar Amerika Serikat (AS). Angka tersebut turun 0,05 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp16.717 per dolar AS.
Menurut Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas, Ibrahim Assuaibi, pelemahan rupiah kali ini disebabkan oleh kombinasi faktor global, terutama keraguan pasar terhadap rencana Federal Reserve (The Fed) dalam memangkas suku bunga acuan lebih lanjut.
“Keraguan atas rencana The Fed untuk menurunkan suku bunga kembali menekan nilai tukar, sementara dolar AS menguat di perdagangan Asia,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (13/11/2025).
Baca Lainnya :
- IHSG Dibuka Menguat ke 8.406, Didukung 278 Saham Hijau dan Aksi Beli Asing0
- Soal Redenominasi Ubah Rp1.000 Jadi Rp1, Menkeu Purbaya: Itu Kewenangan Bank Indonesia0
- KPK Geledah Kantor Gubernur Riau Abdul Wahid, Sita Dokumen dan Barang Bukti Elektronik0
- BMKG Tarakan Tegaskan: Potensi Gempa Bukan Ramalan Waktu Kejadian0
- Target PAD Malinau 2025 Naik 63 Persen, Bertambah Rp49,7 Miliar dari Proyeksi Awal0
Ketidakpastian dari Kebijakan dan Politik AS
Ibrahim menjelaskan, pasar global juga tengah menantikan hasil pemeriksaan Mahkamah Agung AS terhadap kebijakan tarif perdagangan Presiden Donald Trump. Namun, keputusan terkait hal tersebut diperkirakan belum akan diambil dalam waktu dekat.
Sementara itu, DPR AS dijadwalkan melakukan pemungutan suara untuk mengakhiri penutupan pemerintahan (government shutdown) setelah Senat AS sebelumnya menyetujui RUU pembukaan kembali anggaran pemerintah.
“RUU tersebut akan dibawa ke DPR yang dikendalikan Partai Republik untuk disetujui sebelum akhirnya diserahkan kepada Trump untuk ditandatangani menjadi undang-undang,” imbuhnya.
Ibrahim menambahkan, berakhirnya penutupan pemerintahan dapat membuka jalan bagi rilis data ekonomi resmi AS yang selama ini tertunda, sehingga bisa membantu meredakan ketidakpastian ekonomi global.
Perpecahan di Internal The Fed
Selain faktor politik, pasar juga mencermati perbedaan pandangan di antara pejabat The Fed mengenai potensi pemangkasan suku bunga pada Desember 2025.
Menurut laporan Nick Timiraos dari The Wall Street Journal, ketegangan meningkat karena tertundanya publikasi data ekonomi untuk bulan September dan Oktober.
“Para pedagang akan memperhatikan pidato sejumlah pejabat The Fed hari ini, termasuk John Williams, Anna Paulson, Christopher Waller, Raphael Bostic, Stephen Miran, dan Susan Collins,” terang Ibrahim.
Proyeksi Pergerakan Rupiah
Dengan berbagai tekanan global tersebut, Ibrahim memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif dalam rentang Rp16.720–Rp16.760 per dolar AS sepanjang hari.
“Rupiah hari ini cenderung melemah namun masih berada dalam kisaran stabil antara Rp16.720 hingga Rp16.760 per dolar AS,” tutupnya.











