- Ibrahim Ali Terima Anugerah Dwija Praja Nugraha 2025 atas Komitmen Pendidikan di Tana Tidung
- OJK Ingatkan Anak Muda Bijak Menggunakan Produk Keuangan Digital dan Kripto
- PLN Kerahkan 500 Petugas Pulihkan Listrik Aceh Pascabencana Banjir dan Longsor
- Produksi Beras Nunukan 2025 Diproyeksikan Turun 12 Persen, Puncak Panen Bergeser
- Pelunasan Haji 2026 Baru 0,95 Persen, BSI Catat Pelunasan Tertinggi
- APBD Bulungan 2026 Turun 13,33 Persen, Pemkab Prioritaskan Pendidikan dan Kesehatan
- Dampak Awal Bencana terhadap Ekonomi di Sumatera
- Perekonomian Kalimantan Utara tahun 2025 menunjukkan tren positif
- DPRD Kaltara Desak Perbaikan Lampu Lalu Lintas untuk Cegah Kecelakaan
- Pengajuan Surat Izin Praktek Perawat Mendominasi di Tarakan
Rupiah Anjlok, Harga Sembako Nunukan Terkerek Naik
Ketergantungan pada Pasokan Malaysia Membuat Warga Perbatasan Kian Terhimpit

NUNUKAN – Anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap ringgit Malaysia hingga menembus Rp4.000 per ringgit kembali memberi dampak nyata bagi masyarakat perbatasan, khususnya di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara). Harga kebutuhan pokok yang sebagian besar masih bergantung pasokan dari Malaysia langsung melonjak.
Kenaikan harga mencakup sejumlah kebutuhan pokok, mulai dari beras, gula, ikan hingga produk makanan dan minuman kemasan. Kondisi ini membuat daya beli masyarakat semakin tertekan.
“Biasanya gejolak harga terasa sehari atau dua hari setelah ringgit naik. Misalnya ikan dan gula, mayoritas pasokannya dari Malaysia. Jadi begitu ringgit tinggi, harga barang juga otomatis terkerek,” jelas Abdul Rahman, Pejabat Fungsional Perdagangan di DKUMKMPP Nunukan, Senin (29/9/2025).
Baca Lainnya :
- APBD 2025, Pemprov Kaltara Percepat Belanja Modal0
- Hadiah HUT Bulungan, Denda PBB Resmi Dihapus Mulai 1 Oktober 20250
- IHSG Sepekan Naik 0,60 Persen, Kapitalisasi Pasar BEI Sentuh Rp14.888 Triliun0
- Ekonomi Kreatif: Peluang Emas Generasi Muda Indonesia untuk Masa Depan0
- Kaltara Susun Roadmap 20 Tahun, Bappeda Fokuskan Ekonomi Hijau dan Inklusif0
Ia menambahkan, tidak semua kenaikan harga terjadi instan. Namun, jika kurs ringgit bertahan di level tinggi, harga barang asal Malaysia di Nunukan akan terdongkrak permanen.
Sementara itu, pengamat ekonomi Bersama Institute, Mega, menilai fenomena ini mencerminkan rapuhnya ketahanan ekonomi masyarakat perbatasan.
“Selama harga sembako Nunukan masih dipengaruhi kurs ringgit, berarti kedaulatan ekonomi kita belum berdiri kokoh. Ketergantungan ini harus diputus dengan strategi besar,” ujarnya.
Mega menilai, akar masalah ada pada rantai logistik. Distribusi barang dari Malaysia jauh lebih efisien dibanding pasokan dari dalam negeri. Oleh karena itu, operasi pasar semata tidak cukup untuk meredam gejolak. Pemerintah perlu menyiapkan langkah jangka panjang, termasuk membangun industri pengolahan berbasis sumber daya lokal agar harga kebutuhan pokok tidak sepenuhnya dikendalikan kurs ringgit.











