- Semarak KKB 2025 di Tarakan, BI Targetkan Transaksi Rp 2,5 Miliar dan Hiburan RAN
- Rocky Gerung Tantang Aktivis Muda Kaltara Dorong Isu Lingkungan ke Panggung Dunia
- Harga Emas di Pegadaian Turun Lagi, Rabu 29 Oktober 2025
- Komitmen Investasi untuk IKN Capai Rp 225 Triliun, Bukti Kepercayaan Investor Terus Menguat
- Ekonomi Kalimantan Utara Tumbuh 4,54 Persen di Triwulan II-2025
- Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa
- Bupati Nunukan Salurkan Sekolah Gratis untuk Siswa SD dan SMP
- Kaltara Komitmen Wujudkan Pelayanan Perizinan yang Efisien dan Transparan
- Purbaya Tegaskan Indonesia Harus Lepas dari Ketergantungan Asing dalam Sistem Coretax
- Polres Tarakan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Jagung Pipil
Tim PKM UBT Rintis Sistem Kesehatan Mental Sekolah di Wilayah Perbatasan
Workshop integratif MBSR dan muhasabah latih guru MA Al Ikhlas dalam mendeteksi dan mengatasi tekanan psikologis siswa.

Keterangan Gambar : Foto bersama Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UBT dengan guru-guru MA Al Ikhlas Nunukan sebagai penutup kegiatan
NUNUKAN – Upaya meningkatkan kualitas pendidikan di daerah perbatasan terus dilakukan. Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Borneo Tarakan (UBT) menggelar workshop pengelolaan stres dan kecemasan bagi 20 guru Madrasah Aliyah (MA) Al Ikhlas Nunukan. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, 4–6 Agustus 2025, di Kabupaten Nunukan, perbatasan Indonesia–Malaysia.
Dalam workshop tersebut, para guru mendapatkan materi dan praktik langsung tentang Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) serta muhasabah sebagai metode refleksi spiritual. Kedua pendekatan ini dipadukan untuk membantu pendidik mengelola tekanan kerja sekaligus memberi bimbingan kesehatan mental bagi siswa.
Ketua Tim PKM, Tri Cahyono, M.Pd, menuturkan bahwa tekanan sosial di daerah perbatasan kerap berdampak pada kondisi psikologis pelajar. Faktor lingkungan seperti tuntutan keluarga, pernikahan dini, hingga keterbatasan ekonomi menjadi pemicu kecemasan siswa.
Baca Lainnya :
- Ratusan Demonstran Desak DPRD Tarakan Sampaikan Aspirasi ke DPR RI0
- Pemkab Malinau Salurkan 17 Ton Sembako Lewat Pasar Murah0
- Demo Aliansi Utara di DPRD Tarakan: Bakar Ban, Tuntut Pembatalan Tunjangan DPR RI0
- Sekolah Garuda untuk Anak Berprestasi Segera Dibangun di Kaltara0
- Dishub Tana Tidung Siapkan Penerapan Surat Izin Jalan di Pelabuhan Sebawang0
“Minimnya pendampingan konselor di sekolah perbatasan membuat guru perlu dibekali keterampilan dalam mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan mental siswa sejak dini,” jelasnya.
Menurut Tri, program ini tidak hanya melatih guru sebagai pendamping terdekat siswa, tetapi juga merintis sistem layanan kesehatan mental sekolah yang lebih terstruktur. Dengan demikian, guru dapat menjalankan fungsi pencegahan sekaligus intervensi awal bila menemukan siswa dengan gangguan emosional.
Kepala MA Al Ikhlas Nunukan, Sitti Raisah, S.Pd, menyambut baik kegiatan ini. Ia berharap pelatihan semacam ini berkelanjutan dan dapat diperluas ke madrasah lain di perbatasan.
“Kami mengapresiasi program ini, semoga ke depan lebih banyak kegiatan pendampingan serupa yang bisa membantu siswa di perbatasan,” ungkapnya.
Program ini merupakan bagian dari skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang digagas Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), Kemendikti Saintek RI.
Harapannya, model integrasi MBSR dan muhasabah ini bisa menjadi rujukan nasional untuk memperkuat layanan kesehatan mental di sekolah, khususnya di daerah dengan keterbatasan fasilitas.











