- Harga Emas di Pegadaian Turun Lagi, Rabu 29 Oktober 2025
- Komitmen Investasi untuk IKN Capai Rp 225 Triliun, Bukti Kepercayaan Investor Terus Menguat
- Ekonomi Kalimantan Utara Tumbuh 4,54 Persen di Triwulan II-2025
- Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa
- Bupati Nunukan Salurkan Sekolah Gratis untuk Siswa SD dan SMP
- Kaltara Komitmen Wujudkan Pelayanan Perizinan yang Efisien dan Transparan
- Purbaya Tegaskan Indonesia Harus Lepas dari Ketergantungan Asing dalam Sistem Coretax
- Polres Tarakan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Jagung Pipil
- Ilmuwan BRIN Jelaskan Isu Air Aqua dari Sumur Bor dan Risiko Longsor, Ini Faktanya
- Menkop Ferry Dorong Koperasi Masjid Jadi Tiang Ekonomi Umat
Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa
Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa

Keterangan Gambar : Harga batu bara global kembali mencatatkan lonjakan signifikan
Jakarta, 28 Oktober 2025 — Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara ditutup di level US$ 108,5 per ton, naik 0,69% dan menjadi posisi tertinggi sepanjang bulan ini.
Kenaikan ini dipicu oleh dinamika pasar di China, di mana harga batu bara termal domestik terus meningkat akibat pasokan yang ketat. Faktor utama penyebabnya adalah inspeksi keselamatan yang diperketat dan perlambatan produksi di lokasi tambang. Meski tren penguatan masih berlangsung, pasar mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi seiring dengan dorongan peningkatan produksi dan transisi ke energi terbarukan.
Optimisme di Pasar Kokas China
Berbeda dengan batu bara termal, pasar batu bara kokas di China menunjukkan optimisme yang lebih kuat. Pasokan yang semakin ketat memberi ruang bagi produsen kokas dan industri baja untuk menaikkan harga. Indeks CCI untuk Shanxi Quasi Grade I met coke tercatat naik CNY 50 menjadi CNY 1340/ton. Kondisi ini memberi peluang margin lebih tinggi bagi produsen kokas domestik, meski industri baja harus menghadapi kenaikan biaya produksi.
Baca Lainnya :
- Purbaya Tegaskan Indonesia Harus Lepas dari Ketergantungan Asing dalam Sistem Coretax0
- Menkop Ferry Dorong Koperasi Masjid Jadi Tiang Ekonomi Umat0
- Lapor Pak Purbaya: 28.390 Laporan Masuk, Menkeu Purbaya Janji Sidak dan Sanksi Tegas0
- Jumlah UMKM di Bulungan Tembus 10.696, Naik 22 Persen Sejak 2021 Berkat Kemudahan Perizinan0
- BI Kaltara Dorong Pelaku UMKM Manfaatkan KUR Bunga Rendah 6 Persen0
Bagi Indonesia sebagai eksportir batu bara kokas, peluang ekspor tetap terbuka. Namun, risiko penurunan permintaan tetap ada jika sektor baja China mengalami tekanan produksi atau intervensi kebijakan pemerintah.
Daqin Railway dan Dampaknya ke Indonesia
Sementara itu, Daqin Railway—jalur utama pengangkutan batu bara di China—telah menyelesaikan pemeliharaan musim gugur lebih cepat dari jadwal. Hal ini mengurangi risiko gangguan pasokan dan berpotensi menahan laju kenaikan harga batu bara domestik. Bagi Indonesia, kelancaran logistik China bisa berarti penurunan permintaan impor, yang berdampak pada stabilisasi harga batu bara termal global.
Pergeseran Pasar Korea Selatan
Di Korea Selatan, terjadi pergeseran signifikan dalam struktur impor batu bara. Negara tersebut memangkas tajam impor dari Rusia dan beralih ke Kolombia, yang menawarkan harga lebih kompetitif dan bebas risiko sanksi. Ekspor Rusia ke Korea turun 14% pada September, sementara Kolombia hampir menggandakan pengirimannya pada awal Oktober.
Australia mencatat kenaikan ekspor ke Korea sebesar 39,2% menjadi 3,64 juta ton, sedangkan Indonesia justru mengalami penurunan 20,5% menjadi 2,86 juta ton. Persaingan antar negara eksportir semakin ketat, dan Indonesia perlu mencermati dinamika ini untuk mempertahankan posisi di pasar energi Korea Selatan.










