- Disdikbud Bulungan Siap Bangun Ulang SDN 012 Tanjung Buka Lewat Skema Swakelola
- KMP Selumit Ajukan Rp500 Juta Demi Tingkatkan Produksi Pupuk Organik
- Adyansa Terpilih Pimpin HIPMI Tarakan 2025–2028, Wali Kota Dukung Peran Pengusaha Muda
- Presiden Resmikan 80 Ribu Koperasi Merah Putih, Bupati Tana Tidung: Gerakan Nyata Ekonomi dari Desa
- Beasiswa Kaltara Unggul: Ribuan Daftar, Hanya Ratusan Lolos Verifikasi
- Harga Rumput Laut Naik, Perusda Nunukan Siapkan Ekspansi Pasar ke Malaysia
- Edukasi Cegah Kekerasan Seksual, Polres Nunukan Sasar Sekolah Dasar
- Bantuan Starlink Perkuat Arah Digitalisasi Layanan Publik di Bulungan
- Bantuan Pangan Resmi Disalurkan di Tarakan, Setiap NIK Terima 20 Kilogram Beras
- Musrenbang RPJMD Kota Tarakan 2025–2029 Dimulai, Wali Kota Sebut sebagai Langkah Strategis Pembangun
Ekonomi Kalimantan Utara Alami Pelambatan, Tapi Masih Tunjukkan Tren Positif
Perang Dagang, Ketegangan Geopolitik, dan Tekanan Domestik Warnai Proyeksi Pertumbuhan

Provinsi Kalimantan Utara diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat, meskipun masih berada pada jalur positif. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Politeknik Bisnis Kaltara, yang juga merupakan pengamat ekonomi, Dr. Ana Sriekaningsih, S.E., S.Th., M.M.
Dr. Ana menjelaskan bahwa perlambatan ini tidak terjadi tanpa sebab. Beberapa faktor eksternal menjadi pemicu, seperti memanasnya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta ketegangan politik antara Iran dan Israel yang menciptakan ketidakstabilan ekonomi secara global dan turut berdampak hingga ke wilayah Kaltara.
Baca Lainnya :
Di sisi lain, kebijakan efisiensi anggaran di tingkat nasional turut memberikan tekanan tersendiri terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Tidak hanya itu, sejumlah tantangan lain seperti harga komoditas yang fluktuatif, berkurangnya investasi di daerah, hingga menurunnya daya beli masyarakat menjadi penyumbang utama perlambatan ini.
Meski begitu, Dr. Ana menilai bahwa daya beli masyarakat Kaltara masih relatif terjaga. Namun, ia mencatat adanya pergeseran pola konsumsi. Masyarakat kini lebih memfokuskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, sementara minat terhadap barang-barang sekunder dan tersier, seperti produk mewah, diperkirakan akan mengalami penurunan.
“Kondisi ekonomi global memang menantang, tetapi masyarakat Kaltara masih mampu menjaga stabilitas konsumsi pada kebutuhan dasar. Ini menjadi sinyal positif meskipun dengan catatan kewaspadaan,” ujarnya.