- Semarak KKB 2025 di Tarakan, BI Targetkan Transaksi Rp 2,5 Miliar dan Hiburan RAN
- Rocky Gerung Tantang Aktivis Muda Kaltara Dorong Isu Lingkungan ke Panggung Dunia
- Harga Emas di Pegadaian Turun Lagi, Rabu 29 Oktober 2025
- Komitmen Investasi untuk IKN Capai Rp 225 Triliun, Bukti Kepercayaan Investor Terus Menguat
- Ekonomi Kalimantan Utara Tumbuh 4,54 Persen di Triwulan II-2025
- Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa
- Bupati Nunukan Salurkan Sekolah Gratis untuk Siswa SD dan SMP
- Kaltara Komitmen Wujudkan Pelayanan Perizinan yang Efisien dan Transparan
- Purbaya Tegaskan Indonesia Harus Lepas dari Ketergantungan Asing dalam Sistem Coretax
- Polres Tarakan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Jagung Pipil
Ekonomi Kalimantan Utara Alami Pelambatan, Tapi Masih Tunjukkan Tren Positif
Perang Dagang, Ketegangan Geopolitik, dan Tekanan Domestik Warnai Proyeksi Pertumbuhan

Provinsi Kalimantan Utara diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat, meskipun masih berada pada jalur positif. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Politeknik Bisnis Kaltara, yang juga merupakan pengamat ekonomi, Dr. Ana Sriekaningsih, S.E., S.Th., M.M.
Dr. Ana menjelaskan bahwa perlambatan ini tidak terjadi tanpa sebab. Beberapa faktor eksternal menjadi pemicu, seperti memanasnya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta ketegangan politik antara Iran dan Israel yang menciptakan ketidakstabilan ekonomi secara global dan turut berdampak hingga ke wilayah Kaltara.

Baca Lainnya :
Di sisi lain, kebijakan efisiensi anggaran di tingkat nasional turut memberikan tekanan tersendiri terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Tidak hanya itu, sejumlah tantangan lain seperti harga komoditas yang fluktuatif, berkurangnya investasi di daerah, hingga menurunnya daya beli masyarakat menjadi penyumbang utama perlambatan ini.
Meski begitu, Dr. Ana menilai bahwa daya beli masyarakat Kaltara masih relatif terjaga. Namun, ia mencatat adanya pergeseran pola konsumsi. Masyarakat kini lebih memfokuskan pengeluaran untuk kebutuhan pokok, sementara minat terhadap barang-barang sekunder dan tersier, seperti produk mewah, diperkirakan akan mengalami penurunan.
“Kondisi ekonomi global memang menantang, tetapi masyarakat Kaltara masih mampu menjaga stabilitas konsumsi pada kebutuhan dasar. Ini menjadi sinyal positif meskipun dengan catatan kewaspadaan,” ujarnya.











