- Disdikbud Bulungan Siap Bangun Ulang SDN 012 Tanjung Buka Lewat Skema Swakelola
- KMP Selumit Ajukan Rp500 Juta Demi Tingkatkan Produksi Pupuk Organik
- Adyansa Terpilih Pimpin HIPMI Tarakan 2025–2028, Wali Kota Dukung Peran Pengusaha Muda
- Presiden Resmikan 80 Ribu Koperasi Merah Putih, Bupati Tana Tidung: Gerakan Nyata Ekonomi dari Desa
- Beasiswa Kaltara Unggul: Ribuan Daftar, Hanya Ratusan Lolos Verifikasi
- Harga Rumput Laut Naik, Perusda Nunukan Siapkan Ekspansi Pasar ke Malaysia
- Edukasi Cegah Kekerasan Seksual, Polres Nunukan Sasar Sekolah Dasar
- Bantuan Starlink Perkuat Arah Digitalisasi Layanan Publik di Bulungan
- Bantuan Pangan Resmi Disalurkan di Tarakan, Setiap NIK Terima 20 Kilogram Beras
- Musrenbang RPJMD Kota Tarakan 2025–2029 Dimulai, Wali Kota Sebut sebagai Langkah Strategis Pembangun
Rahasia Kaya: Empat Kebiasaan Orang Berduit yang Sering Terlewat
Menjadi kaya raya butuh 4 kebiasaan ini

Keterangan Gambar : Ilustrasi kaya raya
Rahasia Kaya: Empat Kebiasaan Orang Berduit yang Sering Terlewat
SuperKaltara — Menjadi kaya raya ternyata tak hanya soal gaji besar atau hoki semata. Kunci utamanya justru ada pada bagaimana cara memandang uang dan rutinitas finansial yang dijaga konsisten.
Sam Dogen, pendiri Financial Samurai yang juga penulis topik keuangan pribadi, menuturkan hal itu saat diwawancara CNBC International (10/7/2025). Pria yang sudah menyandang status jutawan sejak usia 28 tahun ini menegaskan, selama lebih dari 16 tahun menekuni dunia finansial, dia melihat jelas empat pola kebiasaan yang selalu melekat pada mereka yang berhasil mengumpulkan kekayaan.
Baca Lainnya :
Sayangnya, kebiasaan ini justru kerap diabaikan oleh mayoritas orang. Padahal, siapa saja sebenarnya bisa mempraktikkannya. Berikut ringkasannya:
1. Disiplin Menyisihkan Uang dan Terjun Berinvestasi
Para orang tajir tidak menunggu pasar stabil atau kondisi ekonomi sempurna. Walaupun harga saham fluktuatif, inflasi tinggi, hingga kabar soal potensi resesi, mereka tetap rutin menggelontorkan dana ke instrumen investasi.
Alih-alih takut ketika pasar turun, mereka justru memanfaatkan momentum untuk membeli aset lebih murah. Sam Dogen sendiri menuturkan bahwa ia terbiasa menanam minimal 20% dari pendapatan bulanannya, dan porsi itu makin besar seiring naiknya penghasilan. “Waktu akan menguntungkan saya lewat efek bunga bergulung,” ujarnya.
2. Tidak Mengandalkan Satu Sumber Uang
Hanya bergantung pada gaji bulanan di masa serba otomatis dan persaingan global seperti sekarang sangat riskan. Orang kaya selalu punya alternatif pemasukan lain: entah itu dividen saham, bisnis sampingan, royalti karya, pendapatan dari properti sewaan, atau bunga instrumen keuangan.
Banyak jalur penghasilan membuat keuangan lebih tahan guncangan. Misalnya jika usaha utama macet, masih ada aset lain yang terus menghasilkan. Dogen menyarankan orang berpikir kreatif: mungkin bisa menyewakan kamar kosong, memulai jasa les, atau membeli aset yang memberi cashflow.
3. Memikirkan Apa yang Hilang Saat Membelanjakan Uang
Bagi mereka yang sudah mapan, setiap rupiah yang keluar selalu diperhitungkan dampaknya ke depan. Mereka terbiasa bertanya: kalau uang ini saya investasikan, berapa kira-kira nilainya dalam 10 tahun?
Sebagai contoh, Dogen mencontohkan harga mobil baru seharga US$60.000 yang, bila diinvestasikan ke indeks S&P 500, bisa berkembang jadi sekitar US$130.000 dalam satu dekade. Bukan berarti mereka anti kesenangan, hanya saja belanja besar selalu diprioritaskan setelah target menambah kekayaan tercapai.
4. Yakin Bahwa Mereka Layak untuk Kaya
Terakhir, yang tak kalah penting adalah keyakinan penuh bahwa mereka memang pantas sukses secara finansial. Cara pandang ini memengaruhi keputusan berani seperti menawar kenaikan gaji, merintis usaha, hingga mengambil peluang investasi agresif.
“Jutaan orang sudah jadi miliuner, kenapa Anda merasa tidak bisa?” kata Dogen. Orang-orang ini juga tak takut jatuh bangun. Jika rugi, mereka belajar, lalu bangkit lagi dengan strategi lebih matang.