- Harga Emas di Pegadaian Turun Lagi, Rabu 29 Oktober 2025
- Komitmen Investasi untuk IKN Capai Rp 225 Triliun, Bukti Kepercayaan Investor Terus Menguat
- Ekonomi Kalimantan Utara Tumbuh 4,54 Persen di Triwulan II-2025
- Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa
- Bupati Nunukan Salurkan Sekolah Gratis untuk Siswa SD dan SMP
- Kaltara Komitmen Wujudkan Pelayanan Perizinan yang Efisien dan Transparan
- Purbaya Tegaskan Indonesia Harus Lepas dari Ketergantungan Asing dalam Sistem Coretax
- Polres Tarakan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Jagung Pipil
- Ilmuwan BRIN Jelaskan Isu Air Aqua dari Sumur Bor dan Risiko Longsor, Ini Faktanya
- Menkop Ferry Dorong Koperasi Masjid Jadi Tiang Ekonomi Umat
Rahasia Kaya: Empat Kebiasaan Orang Berduit yang Sering Terlewat
Menjadi kaya raya butuh 4 kebiasaan ini

Keterangan Gambar : Ilustrasi kaya raya
Rahasia Kaya: Empat Kebiasaan Orang Berduit yang Sering Terlewat
SuperKaltara — Menjadi kaya raya ternyata tak hanya soal gaji besar atau hoki semata. Kunci utamanya justru ada pada bagaimana cara memandang uang dan rutinitas finansial yang dijaga konsisten.
Sam Dogen, pendiri Financial Samurai yang juga penulis topik keuangan pribadi, menuturkan hal itu saat diwawancara CNBC International (10/7/2025). Pria yang sudah menyandang status jutawan sejak usia 28 tahun ini menegaskan, selama lebih dari 16 tahun menekuni dunia finansial, dia melihat jelas empat pola kebiasaan yang selalu melekat pada mereka yang berhasil mengumpulkan kekayaan.
Baca Lainnya :
Sayangnya, kebiasaan ini justru kerap diabaikan oleh mayoritas orang. Padahal, siapa saja sebenarnya bisa mempraktikkannya. Berikut ringkasannya:
1. Disiplin Menyisihkan Uang dan Terjun Berinvestasi
Para orang tajir tidak menunggu pasar stabil atau kondisi ekonomi sempurna. Walaupun harga saham fluktuatif, inflasi tinggi, hingga kabar soal potensi resesi, mereka tetap rutin menggelontorkan dana ke instrumen investasi.
Alih-alih takut ketika pasar turun, mereka justru memanfaatkan momentum untuk membeli aset lebih murah. Sam Dogen sendiri menuturkan bahwa ia terbiasa menanam minimal 20% dari pendapatan bulanannya, dan porsi itu makin besar seiring naiknya penghasilan. “Waktu akan menguntungkan saya lewat efek bunga bergulung,” ujarnya.
2. Tidak Mengandalkan Satu Sumber Uang
Hanya bergantung pada gaji bulanan di masa serba otomatis dan persaingan global seperti sekarang sangat riskan. Orang kaya selalu punya alternatif pemasukan lain: entah itu dividen saham, bisnis sampingan, royalti karya, pendapatan dari properti sewaan, atau bunga instrumen keuangan.
Banyak jalur penghasilan membuat keuangan lebih tahan guncangan. Misalnya jika usaha utama macet, masih ada aset lain yang terus menghasilkan. Dogen menyarankan orang berpikir kreatif: mungkin bisa menyewakan kamar kosong, memulai jasa les, atau membeli aset yang memberi cashflow.
3. Memikirkan Apa yang Hilang Saat Membelanjakan Uang
Bagi mereka yang sudah mapan, setiap rupiah yang keluar selalu diperhitungkan dampaknya ke depan. Mereka terbiasa bertanya: kalau uang ini saya investasikan, berapa kira-kira nilainya dalam 10 tahun?
Sebagai contoh, Dogen mencontohkan harga mobil baru seharga US$60.000 yang, bila diinvestasikan ke indeks S&P 500, bisa berkembang jadi sekitar US$130.000 dalam satu dekade. Bukan berarti mereka anti kesenangan, hanya saja belanja besar selalu diprioritaskan setelah target menambah kekayaan tercapai.
4. Yakin Bahwa Mereka Layak untuk Kaya
Terakhir, yang tak kalah penting adalah keyakinan penuh bahwa mereka memang pantas sukses secara finansial. Cara pandang ini memengaruhi keputusan berani seperti menawar kenaikan gaji, merintis usaha, hingga mengambil peluang investasi agresif.
“Jutaan orang sudah jadi miliuner, kenapa Anda merasa tidak bisa?” kata Dogen. Orang-orang ini juga tak takut jatuh bangun. Jika rugi, mereka belajar, lalu bangkit lagi dengan strategi lebih matang.











