- Harga Emas di Pegadaian Turun Lagi, Rabu 29 Oktober 2025
- Komitmen Investasi untuk IKN Capai Rp 225 Triliun, Bukti Kepercayaan Investor Terus Menguat
- Ekonomi Kalimantan Utara Tumbuh 4,54 Persen di Triwulan II-2025
- Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa
- Bupati Nunukan Salurkan Sekolah Gratis untuk Siswa SD dan SMP
- Kaltara Komitmen Wujudkan Pelayanan Perizinan yang Efisien dan Transparan
- Purbaya Tegaskan Indonesia Harus Lepas dari Ketergantungan Asing dalam Sistem Coretax
- Polres Tarakan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Jagung Pipil
- Ilmuwan BRIN Jelaskan Isu Air Aqua dari Sumur Bor dan Risiko Longsor, Ini Faktanya
- Menkop Ferry Dorong Koperasi Masjid Jadi Tiang Ekonomi Umat
Cegah Gagal Panen, Petambak Diimbau Waspadai Lumpur Beracun di Dasar Tambak
Lumpur yang menumpuk di dasar tambak bisa menjadi sumber racun berbahaya bagi udang jika tidak dikelola dengan baik.

Kaltara – Para petambak udang di Kalimantan Utara diingatkan untuk lebih waspada terhadap kondisi dasar tambak, terutama terkait penumpukan lumpur yang bisa menjadi sumber racun bagi biota tambak.
Menurut panduan yang dikeluarkan oleh Gold Hatchery, salah satu pusat pembenihan dan pelatihan budidaya udang, lumpur di dasar tambak memiliki peran penting seperti “paru-paru” ekosistem. Di tempat inilah sisa pakan, kotoran udang, dan plankton mati akan mengendap.
Namun, jika tidak dikelola dengan baik, endapan tersebut dapat berubah menjadi lumpur beracun yang memicu kematian massal udang dalam waktu singkat.
Baca Lainnya :
- Sewatama Tarakan Luncurkan IBSS, Teknologi Pemantau Asap Genset yang Dukung SDGs0
- Musda II RAPI Kalimantan Utara Tegaskan Komitmen Perkuat Komunikasi dan Kolaborasi dengan Pemerintah0
- Petani Bulungan Didorong Kuasai Budidaya Kakao Bernilai Ekonomi Tinggi0
- Ribuan Barang Selundupan Dimusnahkan, Bea Cukai Nunukan Cegah Kerugian Negara Ratusan Juta Rupiah0
- Dana HUT Dialihkan, Pemkab Nunukan Salurkan Bantuan Sosial Rp2,4 Miliar0
“Lumpur sehat berwarna cokelat muda atau kehijauan dan berbau alami seperti tanah. Sebaliknya, lumpur beracun berwarna hitam pekat, licin, dan mengeluarkan bau telur busuk,” jelas panduan Gold Hatchery tersebut.
Kondisi beracun biasanya disebabkan oleh terbentuknya gas hidrogen sulfida (H₂S), amonia (NH₃), dan metana (CH₄). Gas-gas ini muncul karena proses pembusukan bahan organik di dasar tambak yang kekurangan oksigen.
Selain menyebabkan udang stres, gas tersebut juga membuat air tambak berlapis dan menghambat penyerapan oksigen dari permukaan. Udang yang hidup di tambak seperti itu biasanya terlihat lemas, naik ke permukaan pada pagi hari, serta kehilangan nafsu makan.
Untuk mendeteksi kondisi lumpur, Gold Hatchery memberikan beberapa cara sederhana. Petambak dapat mengambil contoh lumpur menggunakan pipa atau bambu, lalu mencium aromanya. Bila tercium bau busuk menyengat, berarti dasar tambak sudah tercemar.
Selain itu, ada pula tes botol, yakni dengan memasukkan lumpur ke dalam air tambak dan mendiamkannya selama lima jam. Jika air berubah warna menjadi kehitaman dan berbau, itu menandakan adanya gas beracun.
Dalam panduan tersebut juga dijelaskan sejumlah langkah penanganan agar tambak tetap sehat, antara lain melakukan sifon dasar secara rutin, meningkatkan aerasi, serta menggunakan probiotik pengurai organik.
Selain itu, petambak juga disarankan mengurangi pemberian pakan berlebih, menaburkan kapur dolomit, dan mengganti air secara bertahap hingga kondisi tambak kembali stabil.
“Kunci utama keberhasilan tambak ada pada dasar yang sehat. Kalau dasar sudah busuk, semua usaha di atasnya akan sia-sia,” tulis panduan tersebut.
Dengan penerapan manajemen lumpur yang baik, diharapkan produktivitas tambak udang di wilayah pesisir Kalimantan Utara dapat meningkat dan risiko gagal panen bisa ditekan.











