- Harga Emas di Pegadaian Turun Lagi, Rabu 29 Oktober 2025
- Komitmen Investasi untuk IKN Capai Rp 225 Triliun, Bukti Kepercayaan Investor Terus Menguat
- Ekonomi Kalimantan Utara Tumbuh 4,54 Persen di Triwulan II-2025
- Harga Batu Bara Meroket, China dan Korea Selatan Jadi Penentu Arah Pasar Globa
- Bupati Nunukan Salurkan Sekolah Gratis untuk Siswa SD dan SMP
- Kaltara Komitmen Wujudkan Pelayanan Perizinan yang Efisien dan Transparan
- Purbaya Tegaskan Indonesia Harus Lepas dari Ketergantungan Asing dalam Sistem Coretax
- Polres Tarakan Dorong Ketahanan Pangan Lewat Budidaya Jagung Pipil
- Ilmuwan BRIN Jelaskan Isu Air Aqua dari Sumur Bor dan Risiko Longsor, Ini Faktanya
- Menkop Ferry Dorong Koperasi Masjid Jadi Tiang Ekonomi Umat
Mayoritas ODGJ di Tarakan Diduga Berasal dari Luar Daerah
Dinsos sebut sulit identifikasi karena sebagian besar tidak memiliki identitas jelas.

TARAKAN – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tarakan mengungkapkan bahwa sebagian besar Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang ditemukan di Tarakan bukanlah penduduk asli kota ini.
Kepala Bidang Sosial Dinsos Tarakan, Jamaluddin, mengatakan fenomena tersebut kerap menyulitkan proses pendataan dan penanganan, karena banyak dari mereka datang tanpa identitas jelas.
“Banyak kasus ODGJ yang tiba-tiba sudah ada di Tarakan, bahkan ada yang diturunkan begitu saja dari speedboat. Diduga mereka berasal dari daerah lain, terutama perbatasan seperti Nunukan, dan sengaja ditinggalkan keluarganya,” ujarnya, Rabu (10/9/2025).
Baca Lainnya :
- Gubernur Kaltara Tekankan Peran Strategis Penghulu Bagi Masyarakat0
- Pemkab Tana Tidung Ajak Orang Tua Perkuat Peran Cegah Judi Online0
- Mahasiswa UBT Suarakan Tuntutan 17+8, Desak Transparansi DPRD dan Reformasi Polri0
- Akses Modal Diperluas, Pemkab Nunukan Dorong UMKM Naik Kelas0
- Rupiah Tertekan, Pasar Resah Usai Sri Mulyani Lengser dari Kemenkeu0
Menurut Jamaluddin, kondisi ini membuat Dinsos tidak mengetahui latar belakang maupun riwayat medis penderita, sehingga menyulitkan upaya rehabilitasi.
Sementara untuk ODGJ yang memang berasal dari Tarakan, mayoritas kasus dipicu oleh masalah ekonomi serta konflik dalam keluarga. “Biasanya tekanan hidup berat, ditambah keluarga yang tidak harmonis. Itu yang sering memicu depresi hingga gangguan jiwa,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, sebagian besar ODGJ di Tarakan berasal dari keluarga kurang mampu. Keterbatasan finansial membuat mereka tidak mendapatkan layanan kesehatan mental yang layak sejak awal. Akibatnya, banyak penderita akhirnya terlantar di jalanan.
Dengan semakin meningkatnya jumlah ODGJ dari luar Tarakan, pihaknya berharap adanya kerja sama lintas kabupaten/kota di Kalimantan Utara. “Penanganan ini tidak bisa dibebankan ke satu daerah saja. Harus ada sinergi agar tidak ada lagi kasus orang dengan gangguan jiwa yang hanya dipindahkan tanpa tanggung jawab,” tegas Jamaluddin.
(*)
Penulis : Budiman











